Senin, 20 Februari 2012

Parfum Singapur dan Hantu Kemenyan

"kemarin paman datang, pamanku dari desa, dibawakannya rambutan, pisang, dan sayur mayur.."

Bukan pamanku tapi temanku, bukan dari desa tapi dari Singapur, bukan juga bawa rambutan dkk tapi bawa parfum. Hm. ni kali pertama menggunakan parfum merk luar negeri. 
Teman setim penelitianku baru pulang dari Singapur dan membawakan sebuah parfum untukku. Dior? Gucci? Hehe.. bukan.. bukan, ada deh pokoknya. Awalnya aku sempat pusing dengan wanginya tapi lama kelamaan, suka juga. Makasih ya teman..^^

Don't judge a book from it's cover but you can judge a person from the parfume he/she use. Kata-kata itu mungkin tepat bagi pecinta parfum karena bagi mereka parfum menceritakan bagaimana mood mereka apakah sedang bersemangat, sedang romantis? Bagi mereka parfum juga mencirikan identitas mereka lebih tepatnya kantong mereka. Hehehe.. 
Parfum memang bukan kebutuhan primer, tapi parfum sudah menjadi bagian dari life style. Ketika selesai merapihkan diri semprotan parfum terasa menyempurnakan penampilan dan menambah rasa percaya diri. Bagiku sendiri pakai atau tidak pakai parfum bukan hal yang harus dipikirkan. 

Kenapa ya, tidak ada parfum yang "wow" dari Indonesia? Atau aku yang tidak begitu tahu tentang dunia perparfuman Indonesia?? Orang-orang sering berburu barang yang satu ini ke luar negeri. Aku teringat dengan perkataan dosenku, salah satu dosen yang kukagumi di kampusku. Kira-kira begini: "Kalau di luar negeri kemenyan kita itu diolah, dijadikan parfum dan harga parfumnya mahal-mahal tapi kalau di sini (Indonesia) yang pakai parfum mahal itu malah hantu-hantu" Kelas jadi menertawakan kebodohan bangsanya (diri sendiri).Dosen tersebut memang kerap kali menyindir dengan guyonan. Lain kali akan kuceritakan guyonan ketika kelas diam. Lanjut beliau : " dan penghasil Styrax benzoin terbesar di dunia itu di sini, tepatnya di Sumatera Utara sana" Jleb! kali ini kalimat beliau menjadi pedang yang lebih tajam. Mengapa? Karena aku tahu benar kalau kalimat beliau memang benar dan opungku (alm) adalah pemilik haminjon di kampungku. Di sana nama lain kemenyan adalah haminjon.

Haahh... sesak rasanya karena tidak ada yang mengolah "emas" itu. Haminjon di sana hanya dibudidayakan begitu saja bahkan kurang dibudidayakan karena tidak begitu diminati. 
Minyak atsiri kemenyan bukan cuma dapat dijadikan parfum tapi juga memiliki manfaat lain seperti antiseptik. Ingin sekali mencoret peribahasa ini "Seperti ayam kelaparan di lumbung beras"

Sesak itu masih ada sampai sekarang. Semoga sesak itu semakin membesar seiring peningkatan kualitas dan kekuatanku. 

Demi DIA dan demi Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar