Sabtu, 25 Februari 2012

KITA PASTI BISA (kanan)

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur 

Kalimat dari Filipi 4:6 di atas adalah status facebook ku yang baru saja kuupdate. Awalnya aku tidak begitu kuatir dengan pengumuman bahwa untuk kelulusan kami (Farmasi 2008) diberikan blanket decision untuk membuat jurnal ilmiah lanjutan dari tanggapan positif rektor UNPAD terhadap keputusan DIKTI yang saat ini masih kontroversial, kemudian adanya desas desus peraturan baru lulus/tidak lulus seminar UP yang kemudian  akhirnya menjadi kenyataan. Sebelumnya seminar UP tidaklah semengerikan kolokium, hanya akan ada masukan untuk peneliti, tetapi dipastikan untuk boleh lanjut namun tidak untuk mulai saat ini, akan ada kemungkinan setiap orang lulus atau tidak lulus dengan berdasar standar-standar dan parameter yang telah ditetapkan fakultas. Pengumuman peraturan baru seminar UP diberitahukan lewat grup facebook angkatan yang lantas menjadi obrolan beberapa hari ini mulai menjadi bahan pikiranku dan puncaknya beberapa jam lalu kabar pasti disebar lewat sms dengan sumber dosen analitik. BUG! Serasa ada batu besar masuk ke kepalaku: kekuatiran.

Powerpoint yang telah berkali-kali kuedit kuperbaiki lagi. Kekuatiran ini membuatku tidak percaya diri sesaat. Aku mungkin tidak lulus karena kurang menguasai materi, belum terlalu paham mekanisme kerja alat, bagaimana metode statistikanya, pembimbing dari Prodia belum juga memberi respon, dan bla..bla..bla..terbayang sekilas saudara PAku yang tidak lulus UP di fakultasnya padahal dia orang yang pintar (pernah beasiswa home stay di Jerman), kemungkinan untuk itu dapat dialami semua orang tidak terkecuali aku! 

Akhirnya aku chat dengan temanku, saling kuat menguatkan dan aku jadi teringat ayat ini : Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur  (Filipi 4:6)

Ya, kekuatiranku memang beralasan tetapi jaminan masa depanku lebih pasti dijanjikan Tuhan. Sudah sampai sejauh ini dijaminNya pemeliharaanku ga mungkin ke depannya Dia tidak memeliharaku. Sangat bersyukur sekali aku bisa mengenal Dia yang telah lebih dahulu mengenal dan mengasihiku. Dia selalu ada dan selalu besertaku. Saat-saat apapun aku mengingat kata-kataNya dan itu yang menguatkan, meneguhkan dan menenangkanku. Dengan kata-kataNya juga aku hidup. 

....Pertolonganku dari Tuhan yang menciptakan langit dan bumi....
...Sesungguhnya masa depanku sungguh ada dan harapanku tidak akan hilang...


Aku bersyukur banget bisa ditempatkan bersama teman-teman PMK Farmasi yang saling mendukung untuk tingkat akhir kuliah ini. Kemarin kami mengadakan latihan presentasi bersama untuk persiapan seminar UP. Di sana kami saling mengoreksi, memberi masukan, memberi pujian dan menolong yang kesulitan, ya ga ketinggalan juga ketawa-ketawa nya dong.. hehehe.. Practise makes perfect. Selesai latihan kami makan bersama, saat membayar makan aku melihat figura Bapak Soekarno dengan kata-kata beliau: Koeat karna bersatoe, bersatoe karna koeat. Itu baru saja terjadi, Pak :)

Ya kita berusaha, belajar, berjuang karena kita orang-orang pilihan!  Kita berikan yang terbaik untuk menyenangkan Dia. Kita lakukan bagian kita dengan maksimal dengan pertolongan dan bersama Tuhan.

Sebenarnya judul KITA PASTI BISA ini aku ambil dari jargonnya T21, kebenaran saat itu aku menjadi salah satu dari T21. Ada cerita yang menarik dari T21, lain kali akan kupost. 

Waktunya istirahat, mendoakan pergumulanku dan teman-temanku, esok bergirang memuji Tuhan. 

Tuhan Yesus berkati ^^




Senin, 20 Februari 2012

Parfum Singapur dan Hantu Kemenyan

"kemarin paman datang, pamanku dari desa, dibawakannya rambutan, pisang, dan sayur mayur.."

Bukan pamanku tapi temanku, bukan dari desa tapi dari Singapur, bukan juga bawa rambutan dkk tapi bawa parfum. Hm. ni kali pertama menggunakan parfum merk luar negeri. 
Teman setim penelitianku baru pulang dari Singapur dan membawakan sebuah parfum untukku. Dior? Gucci? Hehe.. bukan.. bukan, ada deh pokoknya. Awalnya aku sempat pusing dengan wanginya tapi lama kelamaan, suka juga. Makasih ya teman..^^

Don't judge a book from it's cover but you can judge a person from the parfume he/she use. Kata-kata itu mungkin tepat bagi pecinta parfum karena bagi mereka parfum menceritakan bagaimana mood mereka apakah sedang bersemangat, sedang romantis? Bagi mereka parfum juga mencirikan identitas mereka lebih tepatnya kantong mereka. Hehehe.. 
Parfum memang bukan kebutuhan primer, tapi parfum sudah menjadi bagian dari life style. Ketika selesai merapihkan diri semprotan parfum terasa menyempurnakan penampilan dan menambah rasa percaya diri. Bagiku sendiri pakai atau tidak pakai parfum bukan hal yang harus dipikirkan. 

Kenapa ya, tidak ada parfum yang "wow" dari Indonesia? Atau aku yang tidak begitu tahu tentang dunia perparfuman Indonesia?? Orang-orang sering berburu barang yang satu ini ke luar negeri. Aku teringat dengan perkataan dosenku, salah satu dosen yang kukagumi di kampusku. Kira-kira begini: "Kalau di luar negeri kemenyan kita itu diolah, dijadikan parfum dan harga parfumnya mahal-mahal tapi kalau di sini (Indonesia) yang pakai parfum mahal itu malah hantu-hantu" Kelas jadi menertawakan kebodohan bangsanya (diri sendiri).Dosen tersebut memang kerap kali menyindir dengan guyonan. Lain kali akan kuceritakan guyonan ketika kelas diam. Lanjut beliau : " dan penghasil Styrax benzoin terbesar di dunia itu di sini, tepatnya di Sumatera Utara sana" Jleb! kali ini kalimat beliau menjadi pedang yang lebih tajam. Mengapa? Karena aku tahu benar kalau kalimat beliau memang benar dan opungku (alm) adalah pemilik haminjon di kampungku. Di sana nama lain kemenyan adalah haminjon.

Haahh... sesak rasanya karena tidak ada yang mengolah "emas" itu. Haminjon di sana hanya dibudidayakan begitu saja bahkan kurang dibudidayakan karena tidak begitu diminati. 
Minyak atsiri kemenyan bukan cuma dapat dijadikan parfum tapi juga memiliki manfaat lain seperti antiseptik. Ingin sekali mencoret peribahasa ini "Seperti ayam kelaparan di lumbung beras"

Sesak itu masih ada sampai sekarang. Semoga sesak itu semakin membesar seiring peningkatan kualitas dan kekuatanku. 

Demi DIA dan demi Indonesia.

Jumat, 17 Februari 2012

Telunjuk kaki

Kali kedua buat blog setelah blog pertama hilang ditelan ketidakinginan menulis. Setelah membaca blog-blog yang baik dalam artian "bermanfaat bagi orang banyak" aku termotivasi lagi. Thanks ya buat kamu dan beliau ^^

Ada kalimat yang teringat dari sebuah film : "sepatu yang bagus akan membawamu ke tempat yang bagus". Sepulang dari kampus aku pergi ke Kings menemani teman untuk belanja dan akhirnya aku pun juga belanja. Sudah menjadi pelajaran buatku untuk belanja yang merupakan kebutuhan bukan sekedar keinginan demi manajemen uang yang baik jadi tadi aku membeli sepatu untuk seminar UP (usulan penelitian) ku karena sepatuku hanya ada wedges dan semi sandal sepatu yang tidak cocok untuk dipakai di acara formal seperti UP.
Dari sini aku mendapatkan pelajaran lagi mulai pukul 15.00 :)

Entah ada atau tidak orang yang sama denganku, sedikit aneh aku memiliki jari telunjuk kaki yang lebih panjang dari ibu jari dan telapak kaki yang kurus memanjang. Ini yang membuatku kalau mencari sepatu membutuhkan waktu berjam-jam. Pernah suatu kali perlu 4 jam untuk mendapatkan sebuah wedges! 
telunjuknya lebih panjang dari ibu jari
Kembali. Jadi ada sebuah sepatu yang ujungnya lancip, hitam mengkilap dengan tumit sedikit tinggi dan manik-manik bertumpuk di depannya. Dari sekian banyak sepatu, sepatu inilah yang menarik perhatianku dan akhirnya kucoba. Ternyata ukuran 37, uh sakitnya telunjuk kakiku. Setelah mendapatkan no 38 ternyata masih saja telunjukku bermasalah. Akhirnya no 39 dibawakan. Kebesaran. -___-" Setelah disumpel dengan 2 busa di  tiap sepatu, sepatu itu akhirnya menempel dengan tetap tidak sempurna di kakiku!

Setelah coba sana sini dan membuat berantakan sepatu-sepatu, waktu sudah pukul 18:00 akhirnya aku memilih sepatu hitam pita kupu manik putih no37. Aku heran kenapa no 37 kok bisa muat. Sedikit kecewa karena pilihan pertama sepatu manis tidak cocok untuk kakiku. 

Apa pelajarannya?
Sepatu pertama memang bagus dan mungkin bisa membawaku ke tempat yang bagus, tapi kakiku pasti akan menderita karena memang sepatu itu tidak tepat untukku. Demikian juga "seseorang" atau "sesuatu" (entah itu panggilan hidup atau lainnya), yang mungkin terlihat menarik dan bernilai tinggi dan kita menginginkan itu tetapi kalau tidak tepat untuk kita, sia-sia saja bahkan bisa membuat kita menderita seperti cerita telunjuk kakiku tadi.

Memang diperlukan hikmat dan kebijaksanaan untuk mengekang keinginan 
Tuhan memberkati :).